Shibghah Gontory

                                                                    Shibghah Gontory

صِبْغَةَ ٱللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُۥ عَٰبِدُونَ

Artinya: “Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah” (Al-Baqarah :138)

Shibghah adalah istilah dari bahasa arab yang berarti “Celupan”. Celupan dalam artian disini misalnya adalah apabila kita membeli kain putih, lantas ingin menjadikannya warna lain, maka kita hanya perlu mencelupkan di sebuah wadah yang berisi air dengan zat pewarna yang kita inginkan. Seperti itulah yang dilakukan gontor dalam mendidik para santrinya. Celupan itu dilakukan gontor dalam jangka waktu yang sangat lama (24 jam sehari, selama 4 tahun 6 tahun bahkan 10 tahun). Melalui berbagai aktivitas atau keterampilan hidup serta dilakukan oleh kiyai dan para guru yang ikhlas, tanpa  dibayar. Menurut prof.Dr Eng.M.Zuhal, Menristek era BJ Habibie, pendidikan yang dilakukan Gontor bukan sekedar pendidikan, melainkan pembudayaan manusia.

Para santri sendiri tidak hanya mengalami sekali celupan, melainkan berkali-kali, sehingga celupan-celupan itu sangat membekas, tidak akan hilang atau luntur. Pendidikan karakter yang total yang diajarka oleh Gontor serta pemberian motivasi secara kontinu, materi pelajaran yang beragam, pendidikan  kader pemimpipn melalui sebuah organisasi, hingga pendidikan guru sekaligus praktiknya adalah sebagian shibghah-shibghah Gontor yang membuat alumninya mudah dikenal.

Shibghah Gontory juga dapat disebut sebagai nyali, nyali Gontor. Dapat dibuktikan bahwa ketika para santri ditanya tentang kelanjutan studi, dengan semangat dan penuh nyali mereka menjawab Malaysia, Singapur, Turki, Brunei, Australia dan lain sebagainya. Adapula santri yang menjawab akan melanjutkan studinya untuk menghafal di pondok Tahfidz, mengkaji kitab, bahkan ada yang sekedar kembali ke desanya untuk menjadi guru ngaji dan mengajar di sekolah-sekolah di desanya. Namun semua itu tidak ada yang sia-sia bagi santri Gontor, karena dalam diri mereka telah ditanamkan bahwa “ Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya”. Hal inilah yang selalu ingin diterapkan para santri ataupun alumni Gontor. Mereka tidak hanya ingin menjadi sampah masyarakat, apalagi menganggur. Setidaknya mereka memiliki ilmu yang bisa mereka ajarkan kepada masyarakat sekitar. Meskipun hanya seorang guru ngaji, hal itu tidak bisa menjadi sesuatu hal yang spele. Karena pesan dari pendiri Gontor “Apapun aktivitasmu dimasyarakat, jangan pernah meninggalkan mengajar”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sending children to the boarding school

Stay Active

Belajar dari jepang membentuk komunitas pendidik