PKM-GT


 Ringkasan
Lahan merupakan suatu unsur terpenting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia. Namun ketersediaan lahan diperkotaan semakin berkurang karena adanyaalih fungsi lahan, dari lahan pertanian ke lahan non-pertanian. Perubahan penggunaan lahan tidak hanya mengubah bentuk fisik dari daerah tersebut tapi juga kehidupan sosial masyarakatnya. Perubahan guna lahan yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian produktif disadari atau tidak lambat laun membuat penduduk berorientasi pada pekerjaan sektor sekunder dan tersier serta meninggalkan kegiatan pertanian (sektor primer). Perubahan tersebut merupakan salah satu ciri urbanisasi dimana suatu daerah mengalami proses “mengkota”. Daerah tersebut pada akhirnya akan menjadi sebuah perkotaan.
Daerah yang telah menjadi perkotaan tersebut mengalami penurunan jumlah lahan pertanian produktif sementara jumlah penduduknya masih tetap banyak. Tren perkembangan kota yang sering mengubah lahan pertanian menjadi lahan terbangun semakin meningkatkan keterbatasan lahan pertanian produktif di daerah tersebutAkibat dari keterbatasan lahan pertanian produktif tersebut dapat semakin menurunkan produksi bahan makanan di daerah tersebut. Selanjutnya, penurunan produksi tersebut dapat meningkatkan impor bahan makanan. Jika penurunan jumlah produksi tersebut terus berkelanjutan maka akan menjadikan penduduk indonesia menjadi semakin konsumtif dengan barang-barang impor dan menjauhkan penduduk dari kemandirian pangan.
Keterbatasan lahan pertanian produktif membuat banyak ahli berfikir bagaimana cara memenuhi kebutuhan pangan dengan beberapa inovasi. Salah satu inovasi pertanian yang dapat diterapkan untuk menghadapi masalah tersebut adalah urban farming (pertanian perkotaan). Pertanian perkotaan menjadi salah satu alternative solusi yang relevan untuk diterapkan dimana saat ini banyak daerah di Indonesia yang mengalami proses “mengkota”. Keterbatasan lahan di perkotaan ternyata bukanlah hambatan untuk bertani. Dengan sistem pertanian hidroponik hambatan lahan bisa diatasi dengan hasil yang tak kalah bagusnya dengan sistem pertanian konvensional.
Kata kunci: Lahan pertanian, Urbanisasi, Teknologi Hydroponik


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi penduduk besar dengan tren pertumbuhan penduduk positif setiap tahunnya. Penduduk Indonesia saat ini berjumlah sekitar 250juta jiwa. Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun  semakin membuat jumlah penduduk berkembang. Jumlah penduduk Indonesia menuntut konsekuensi dimana Indonesia harus dapat mencukupi kebutuhan pangan bangsanya.
Dewasa ini, ketahanan pangan manjadi isu yang sering dibahas. Ketahanan pangan tercermin dari terpenuhinya kebutuhan pangan setiap individu di suatu wilayah. Ketahanan pangan dapat dilihat dari tiga pilar yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketahanan pangan menekankan pada kecukupan pangan suatu daerah. Ketahanan pangan dapat dicapai dengan produksi sendiri maupun impor. Pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia saat ini masih bertopang pada impor bahan-bahan makanan. Impor bahan makanan ini membuat Indonesia memiliki ketergantungan pangan dengan negara lain. Hal tersebut membuat harga kebutuhan pangan tergantung pada mata uang asing pula. Sebagai contoh kelangkaan tahu dan tempe yang terjadi dikarenakan bahan baku yaitu kedelai masih diimpor dari Amerika. Impor kedelai membuat produksi tahu dan tempe sangat bergantung pada pasokan kedelai. Saat produksi kedelai Amerika berkurang, pasokan kedelai yang masuk ke Indonesia juga berkurang sehingga produksi tahu dan tempe berkurang pula. Langkanya tahu dan tempe di pasar Indonesia mempengaruhi pemenuhan pangan masyarakat.
Selain kedelai yang merupakan bahan baku tahu dan tempe, sebagian besar bahan makanan dan makanan yang beredar di Indonesia merupakan produk impor. Sebagai contoh adalah buah-buahan yang berada di pasar-pasar Indonesia. Mulai dari pasar tradisional sampai pasar modern umumnya didominasi produksi luar negeri. Maraknya buah-buah impor dikarenakan pedagang lebih suka menjualnya daripada buah lokal. Harga buah impor biasanya lebih murah daripada buah lokal dan ketersediaan buah impor yang selalu ada. Salah satu penyebab produk makanan impor memenuhi pasar Indonesia adalah produk lokal belum dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan tidak optimalnya tingkat produktivitas lahan. Lebih dari itu, penyebab lain adalah adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi lahan terbangun. Alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun menyebabkan berkurangnya lahan pertanian produktif. Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh meningkatnya permintaan perumahan sebagai akibat lain dari banyaknya penduduk Indonesia.
Perubahan penggunaan lahan tidak hanya mengubah bentuk fisik dari daerah tersebut tapi juga kehidupan sosial masyarakatnya. Perubahan guna lahan yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian produktif disadari atau tidak lambat laun membuat penduduk berorientasi pada pekerjaan sektor sekunder dan tersier serta meninggalkan kegiatan pertanian (sektor primer). Perubahan tersebut merupakan salah satu ciri urbanisasi dimana suatu daerah mengalami proses “mengkota”. Daerah tersebut pada akhirnya akan menjadi sebuah perkotaan. Daerah yang telah menjadi perkotaan tersebut mengalami penurunan jumlah lahan pertanian produktif sementara jumlah penduduknya masih tetap banyak. Tren perkembangan kota yang sering mengubah lahan pertanian menjadi lahan terbangun semakin meningkatkan keterbatasan lahan pertanian produktif di daerah tersebut. Keterbatasan lahan pertanian produktif tersebut dapat semakin menurunkan produksi bahan makanan di daerah tersebut. Selanjutnya, penurunan produksi tersebut dapat meningkatkan impor bahan makanan.
Impor bahan makanan jika berlangsung terus menerus akan membuat daerah semakin jauh dari kemandirian pangan. Keterbatasan lahan pertanian produktif membuat banyak ahli berfikir bagaimana cara memenuhi kebutuhan pangan dengan beberapa inovasi. Salah satu inovasi pertanian yang dapat diterapkan untuk menghadapi masalah tersebut adalah urban farming (pertanian perkotaan). Pertanian perkotaan menjadi salah satu alternative solusi yang relevan untuk diterapkan dimana saat ini banyak daerah di Indonesia yang mengalami proses “mengkota”.
Namun dengan keadaan lahan yang sempit di wilayah perkotaan, maka solusi yang sangat akurat adalah agar setiap penduduk kota menerapkan budidaya tanaman hydroponik  berupa sayuran maupun tumbuhan yang sewaktu-waktu dapat memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain higenis metode penanaman hydroponik juga lebih mudah dipraktekkan untuk penduduk perkotaan.

1.2.Perumusan Masalah
2.      Apakah yang dimaksud dengan tanaman Hydroponik? Dan apakah keunggulannya?
3.      Bagaimanakah proses budidayanya?
1.3.Tujuan
2.      Menciptakan gagasan sebagai solusi para petani kota untuk tetap bisa memproduksi hasil pertanian dengan metode hydroponik
3.      Melestarikan hasil pertanian indonesia yang kuantitas serta kualitasnya semakin menurun
1.4.Kegunaan
2.     Bagi penulis
Menambah wawasan tentang cara memproduksi hasil pertanian menggunakan metode hydroponik
3.     Bagi pembaca
Memberikan informasi bahwa metode hydroponik mampu dijadikan solusi atas sempitnya lahan pertanian di perkotaan








BAB 2
GAGASAN

2.1.Defenisi dan keunggulan Hidroponik
Tanaman Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman (buah, sayur dan bunga) dengan memanfaatkan air dan tidak menggunakan tanah sebagai mdia tanamnya. Jenis tanaman hidroponik akan menghasilkan jenis tanaman yang bebas dari hama dan penyakit.
Secara etimologi hidroponik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata. Yakni hydro dan ponos. Hydro yang artinya air dan ponos yang artinya kerja. Jadi apabila disatukan hidroponik adalah teknik budidaya tanaman dengan memanfaatkan air dan tidak menggunakan tanah (humus) sebagai media tanam atau soilles. Nama lain dari hidropnik adalah soilless culture atau teknik budidaya tanaman tanpa tanah.
Maka bisa disimpulkan, pengertian tanaman hidroponik adalah suatu teknik budidaya tanaman dengan memanfaat air sebagai media tanam yang kaya dengan berbagai nutrisi. Sehingga dengan teknik ini maka dapat mempermudah dalam pengendalian hama, penyakit dan efek pencahayaan yang sering dialami oleh tanaman.
Menanam tanaman dengan sistem hidroponik merupakan suatu metoda yang ramah lingkungan. Karena dalam pembudidayaannya tidak perlu menggunakan pestisida atau bahkan herbisida yang beracun.Meskipun sistem hidroponik menggunakan air sebagai media tanamnya akan tetapi dalam prakteknya air yang diperlukan dalam bercocok tanam tidaklah sebanyak seperti budidaya dengan cara konvensional. Dan dalam perawatannya juga tidak perlu dilakukan penyiraman secara rutin. Sehingga ini menjadi faktor mengapa hasil tanamannya lebih aman dan sehat. Untuk menunjang hasil tanaman hidropnik maka diperlukanlah nutrisi pendukung diantaranya pasir, sabut kelapa, pecahan kerikil dan batu karang, batu apung, serbuk kayu dan kawat kasa nilon.
Di era sekarang ini, menanam dengan sistem hidroponik adalah alternatif yang tepat untuk mendapatkan sayuran dan buah-buahan di lahan yang sempit atau terbatas. Ditambah lagi dengan kondisi Indonesia yang beriklim tropis adalah tempat yang cocok untuk menerapkan metode ini.Bercocok tanam dengan hidroponik akan mendapatkan hasil yang bagus jika diiringi dengan hobi. Karena jika dimulai dari hobi maka akan sangat berpotensi untuk dijadikan bisnis.
            Sayuran hidroponik seringkali diklaim lebih sehat dibandingkan dengan sayuran yang dibudidayakan secara konvensional. Para petani hidroponik mengklaim bahwa sayuran hidroponik memiliki kandungan nutrisi lebih lengkap. Nutrisi lengkap tersebut lebih karena pengaruh pemupukan yang lengkap. Pemupukan lengkap juga membuat sayuran hidroponik lebih renyah. Selain itu sayuran hidroponik nirpestisida. Itulah yang diklaim bahwa sayuran hidroponik lebih menyehatkan. Syaratnya penting kembali kepada program pemupukan yang pas. Pengaturan pemupukan pada tomat, misalnya, terbukti bisa mendongkrak kadar vitamin dan masa simpan yang berkaitan dengan kesegaran. Sekedar menyebutkan contoh, riset di Amerika Serikat sudah membuktikan bila tomat dan cabai hidroponik mengandung vitamin A, B1, B2, B3, B6, E, dan C serta mineral lebih banyak dibanding di jenis sama yang ditanam di tanah. Namun, kondisi itu tetap dipengaruhi varietas dan lama pematangan buah di pohon.
Bila tanaman ditanam di tanah, ketika hujan turun, tanaman berisiko terkena cipratan air bercampur tanah yang mungkin saja mengandung bibit penyakit.  Hujan juga membawa spora penyakit dari udara. Pada budidaya hidroponik, seperti memakai sistem NFT, permukaan media ditutup mulsa plastik. Nah spora yang jatuh di atasnya, tidak langsung ke media. Oleh sebab itu peluang tanaman mengalami kontaminasi penyakit lebih sedikit. Sistem hidroponik, air yang digunakan tidak bisa sembarangan. Air terbaik adalah air sumur yang murni, bukan air permukaan yang masih memiliki kuman penyakit dan terdapat berbagai kandunga zat-zat lain yang membahayakan. Beberapa Petani Hidroponik di mancanegara yang sudah akrab dengan hidroponik bahkan memperlakukan air dengan memberikan ionisasi memakai sinar ultraviolet sebelum digunakan.




Adapun cara menanam hidroponik adalah sebagai berikut:
·         Pembibitan
Sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu buah/sayur yang dihasilkan cukup optimal
·         Penyemaian
Penyemeaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah. Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.
·          Persiapan media tanam
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot plastik, karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.
·         Pembuatan green house
bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bambu, atau rangka kayu. Green house ini bisa digunakan untuk menyimpan tanaman kita pada saat tahap persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.
·         Pupuk
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
·         Perawatan tanaman
Perawatan pada sistem hidropinik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan pupuk daun, dll.



Dalam penerapanya, pertanian hidroponik banyak menghadapi kendala,  berupa keruahan penerapannya,  pertanian hidroponik (bulkiness)  bahan,  takarannya harus banyak,  dan dapat menghadapi persaingan dengan kepentingan lain untuk memperoleh sisa tanaman dan limbah hidroponik dalam jumlah yang cukup. Misalnya,  limbah panen digunakan untuk makanan ternak,  jerami padi diminati pabrik digunakan sendiri oleh pabrik gula sebagai bahan bakar,  sampah kota dan permukiman di untuk menimbun lahan yang rendah atau cekungan untuk memperluas lahan yang dipersiapkan untuk bangunan terutama di kota-kota besar (Sutanto,  1997a)  Pupuk hayati masih berada pada taraf awal pengembangan.  Pada waktu ini keberhasilannya masih terbatas,  karena produksinya belum dapat memenuhi jumlah kebutuhan.  Kita perlu meneladani negara-negara yang lebih maju dan berkembang kebutuhan pupuk hayati.
Di dalam mencukupi kebijakan yang berlangsung di Indonesia memikirkan ke arah itu,  karena masih mementingkan dan mengunggulkan budi daya kimiawi.  Bioteknologi yang menjadi dasar pengembangan pupuk hayati baru pada tahap awal pengembangan. Pertanian hidroponik belum dapat diterapkan secara murni mengingat cukup banyak kendala yang dihadapi.  Pada tahap awal penerapan pertanian hidroponik masih perlu dilengkapi pupuk kimia atau pupuk mineral,  terutama pada tanah yang miskin hara.  Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar takaran pupuk hidroponik tidak terlalu banyak yang akan menyulitkan dalam Sejalan pengelolaannya.  dengan proses pernbangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk hidroponik dan pupuk hayati,  kebutuhan pupuk kimia yang secara berangsur beradar hara tinggi dapat dikurangi.


Perpaduan budi daya hidroponik dan kimia disebut Sistem Gizi (Integrated Plant Nutrient Tanaman Terpadu / SGTT System / IPNS)  atau dapat juga disebut sebagai Pengelolaan GisiNutrisi Terpadu.  Sistem ini sudah mulai dikembangkan oleh badan dunia FAO dan diterapkan dibeberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik yang masih mengandalkan atau memper tahankan sektor pertanian sebagai unsur pengembangan ekonomi nasional. Kendala lainnya dalam pengelolaan hidroponik adalah jumlah biaya yang lumayan besar untuk pengelolaannya. Walaupun begitu hasil pertanian yang dihasilkan tanaman hidroponik memiliki harga yang tinggi sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan.












BAB 3
Penutup
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa perlu diadakannya kembali pelestarian hasil pertanian diwilayah perkotaan. Karena hasil pertanian yang berada di desa sendiri pun tidak akan mencukupi kebutuhan sandang pangan masyarakat indonesia secara merata. Apabila pertanian diperkotaan tidak dilestarikan maka tidak jauh dari kemungkinan, bahwa dengan kondisi indonesia yang mayoritas penduduknya bersifat konsumtif, namun jumlah sandang dan pangan yang tersedia sangat sedikit. Maka sangat dimungkinkan akan terjadi impor barang dari luar negri. Tak hanya dari segi barang yang menjadi pelengkap saja, namun sangat dimungkinkan untuk memperoleh kebutuhan akan barang-barang pokok juga harus melalui impor dari luar negri.
Oleh karena itu, sebagai negara yang agraris Indonesia harus tetap mempertahankan identitasnya dengan tetap mampu mengkelolah pertaniannya bukan hanya sebagai alat pemenuh kebutuhan, namun juga sebagai pelestarian sumber daya hayati yang ada. Dan disini penggunaan metode hidroponik sangat berperan penting sebagai edia produktivitas pertanian Indonesia yang ada dikota.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

sending children to the boarding school

Stay Active

Belajar dari jepang membentuk komunitas pendidik