Khazanah Ilmu fisika dalam islam


FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
“KHAZANAH ILMU FISIKA DALAM ISLAM”
(Chindy Chintya Cahya  & Inayah Esti Wulan)

Abstrak
Islam merupakan ajaran agama yang beradab. Islam bukan sekedar agama, namun peradaban yang dapat dicerna secara empirik terhadap kemajuan peradaban manusia, sekaligus subjek dari berjalannya sebuah peradaban. Islam mempunyai khasanah sains dan matematika yang selama ini diklaim oleh Barat sebagai sumbangsih terbesar peradabannya dalam ilmu pengetahuan. Relasi positif dari esensi postulat dalam fisika tidak lepas dari fenomenologi Alquran yang memberikan pembuktian akan sebuah nilai ketauhidan. Peran ilmuwan Muslim memberikan kontribusi pemikiran dan temuan atas berbagai hal dalam sains dan fisika menambah pembuktian bahwa tidak adanya dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan. Fenomenologi ajaran tauhid juga memberikan relasi positif terhadap pembuktian bahwa antara wahyu dengan rasionalitas tidak saling bertentangan. Dengan demikian, ilmu dalam perspektif islam konsep-konsep dasarnya berakar pada Al-Qur’an dan Hadis. Kemudian secara embrional tercermin dalam petunjuk Rasulullah Saw dan melalui pemikiran umat islam generasi awal dalam bentuk konsep seminal. Maka dari konsep seminal inilah berkembang generasi intelektualisme islam seiring berkembangnya ilmu-ilmu, atas kerja keras para filusuf dan ilmuawan muslim.

Kata Kunci : sains, Fisika, ilmuwan Muslim, fenomenologi, intelektualisme.






PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam merupakan ajaran agama yang beradab. Islam bukan sekedar agama, namun peradaban yang dapat dicerna secara empirik (ajaran) terhadap kemajuan peradaban manusia, sekaligus subjek dari berjalannya sebuah peradaban. Peradaban manusia telah berlangsung ribuan tahun silam, namun sejarah ilmu pengetahuan baru dimulai sekitar tiga milenium lalu, tepatnya abad 7 SM di kawasan Yunani kuno. Pemikiran Yunani sendiri dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang telah berkembang di dua negara, yakni Babilonia (Irak) dan Mesir.[1] Ketika Lonia jatuh ke tangan Persia, para pemikirnya menyelamatkan diri keluar lonia, seperti Atena, Italia Selatan, dan Sisilia. Di Sisilia terdapat sekolah yang didirikan oleh pemikir sekaligus mistikus, Pythagoras,[2] yang berasal dari pulau Samos, salah satu kepulauan lonia. Secara peradaban Mesir juga mempunyai sejarah pengembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa sumbangannya bagi khazanah sains Islam. Tumbuhnya Kairo sebagai pusat ilmu keislaman didukung oleh para penguasa Mesir, yang sepanjang sejarah menaruh minat besar terhadap ilmu pengetahuan. Khalifah al-Hakim (996-1021 M) dari dinasti Fatimiyah mendirikan Darul Hikmah, yakni pusat pengajaran ilmu kedokteran dan ilmu astronomi. Pada masa inilah muncul Ibnu Yunus (958-1009M/348-399H), seorang astronomi besar dan Ibnu Haitsam (965-1009M/354-430H), seorang ahli fisika dan optik).
Awal perkembangan ilmu pengetahuan dimulai sejak manusia mengenal jenis pengetahuan yang masih primitif, seperti Yunani. Kesadaran manusia tentang pengetahuan dan kemanusiaan sudah dapat dikatakan maju sehingga memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan. Philosophy (filsafat) yang digunakan sekarang ini berasal dari Yunani. Pikiran Rasullulah SAW yang tertuang dalam sunnah, yaitu “Barang siapa yang menyukai ilmu dan orang yang berilmu,. Allah akan mengaruniainya di akhirat kelak”. Telah menjiwai semua golongan untuk belajar.  Kaum muslimin meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan berasal dari Allah, dan Alqur’an merupakan kalamullah. Pengetahuan tentang zat, energi, ruang waktu dan interaksi benda-benda di alam ini sering disebut dengan fisika.
Sebagai bahan refleksi adalah teori bahwa bumi sebagai pusat tata surya (geosentris), gahkan alam semesta, karena di Al Qur’an tidak pernah menyebutkan ada ayat menyatakan bumi beredar, tetapi matahari, bulan, dan bintanglah yang beredar (QS 13:2, 14:33 ). Teori ini bahkan didukung seorang syeikh terkemuka dari Arab Saudi, yang memfatwakan bahwa percaya kepada teori heliosentris bisa menjerumuskan pada kemusrikan. Dengan melihat teori dan klaim tersebut, sepertinya mereka mengulang apa apa yang pernah dilakukan kaum mutakalimin (Pencipta filsafar) di masa lalu, yang mencari-cari suatu kesimpulan hanya berdasarkan asumsi, sekalipun asumsi itu berasal dari suatu ayat Qur’an yang ditafsirkan secara subyektif. Tentu saja, cara berfikir mutakalimin seperti ini tidak pernah mengahasilkan terobosan ilmiah yang hakiki, apalagi dapat dipakai untuk keperluan praktis.
PEMBAHASAN
A.    Fisika dalam Islam[3]
Di dalam Al-Qur’an juga terdapat  isyarat – isyarat tentang ilmu fisika sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an. Relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya.
 Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya. Tapi ada perkecualian; Al Qur’an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Qs Al Hajj: 47) dan “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.(Q.S. Sajadah :5)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (Qs Al Mu’minuun:112-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur’an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur’an adalah Kitab Suci Firman Tuhan. Dan dalam ayat lain yang artinya “…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia…” (Qs Al Hadid : 25)
Ilmuwan dari NASA seperti Profesor Amstrong menjelaskan bahwa memang besi (Fe) diturunkan dari langit. Sains memberikan informasi kepada kita, bahwa besi termasuk logam berat yang tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri.
Pada awal pembentukan planet bumi pernah dihujani asteroid yang kaya dengan unsur besi. Setiap benturan tersebut juga menimbulkan ledakan energi yang meningkat kan suhu planet bumi sampai 1.800 derajat celcius. Energi sistem tata surya kita tidak cukup untuk memproduksi elemen besi. Perkiraan paling baik, energi yang dibutuhkan adalah empat kali energi sistem matahari kita, dengan demikian besi hanya dapat dihasilkan oleh suat bintang yang jauh lebih besar daripada matahari, denga suhu ratusan juta derejat celcius.
Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova, dan hasilnya menyebar di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi, melayang di angkasa sampai tertarik oleh grafitasi bumi, diawal terbentuknya bumi miliaran tahun yang lalu. Lautan yang mencapai kedalaman 10 mil lebur dan meluas hingga menyelimuti planet Bumi. Radioaktif didalam planet ini semaikn memanaskan suhu dalam interior bumi sehingga menjadi sebuah periok besi yang meleleh.
Lelehan meteor besi itu kemudian mulai menyusut ke tengah karena ditarik gaya grafitasi bumi. Lelehan besi tersebut mengalir sejauh ribuan kilometer dari permukan mengikuti perjalananya menuju inti bumi. Perjalanan tersebut membutuhkan waktu kurang lebih satu miliar tahun. Rentang waktu tersebut tergolong pendek dalam skala geologi. itulah penyebab mengapa planet bumi mempunyai inti besi yang dikelilingi oleh lelehan-lelehan batu gunung berapi hingga saat ini. Artinya besi yang kita kenal menjadi bagian hidup hidup manusia ternyata bukan dari planet Bumi. Luar biasa, besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al-Hadiid, yang berarti “besi”.[4]
B.     Integrasi Islam dengan Ilmu Fisika
Fisika adalah ilmu yang menyelidiki fenomena-fenomena benda tak bernyawa. Diantara filosof muslim yang berjasa dalam bidang ini adalah al-Kindi, al-Biruni, al-Nazzam, al-Baqillani, Mulla Shadra, dan masih banyak lagi. Beberapa ayat yang berkaitan dengan materi fisika diantaranya: Listrik (QS. Nur: 35); Atmosfer (QS.Fushshilat: 12); energy panas (QS. Yasin: 80; QS. Waqi'ah: 71-73; QS. Thaha: 10; QS. al-Naml: 7); neraca dan pengukuran (QS. al-An'am: 152; QS. al-A'raf: 85; QS. alSyura: 17); gelombang suara (QS. al-Kahfi: 26; QS. Saba': 50); dunia warna (QS. Fathir: 27-28; QS. al-An'am: 99).
Sebagai suatu contoh elaborasi integrasi Islam dengan Fisika seperti dalam menjelaskan gerakan matahari, bulan, serta bumi terus berlangsung tanpa sedikitpun bersinggungan dengan kehidupan kita. Semua fenomena ini terjadi untuk memberikan kehidupan di muka bumi dan aneka kemungkinan yang terjadi. Bumi mengitari matahari pada sudut kemiringan 23 derajat dan 27 menit. Musim silih berganti di bumi berkat kemiringan ini yang padanya bergantung pula sistem pertumbuhan tanaman. Kecepatan rotasi bumi di sumbunya mencapai 1.670 km/jam. Apabila bumi tidak melakukan rotasi, permukaannya yang menghadap matahari akan terus-menerus terpapar cahaya matahari, sementara bagian belakangnya akan selalu berada pada kegelapan. Jika keadaannya semacam itu, maka kehidupan makhluk hidup di dunia ini tidak akan ada. Telah disebutkan dalam QS. Al-Anbiya': 33 dan QS. Yasin: 40 dengan terjemah sebagai berikut:[5]
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya”. QS. Al-Anbiya': 33
“Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. QS. Yasin:40”
Semua gerakan matahari, bulan, dan bumi, terus berlangsung dalam keselarasan yang sempurna. Segala sesuatunya diatur dengan demikian hebatnya. Bahkan Yupiter, planet terbesar dalam tata surya, menyumbang manfaat untuk kehidupan ini. Astronom George Wetherill dalam artikelnya tentang Yupiter, mengatakan bahwa andai di sana tidak ada planet yang besarnya sama dengan Yupiter, bumi akan mendapatkan ribuan kali paparan meteor dan komet. Kemanapun menghadap, kita melihat penghitungan luar biasa yang demikian terperinci dan merupakan karya seni. Sang Pencipta menyajikan bukti, betapa Dia Maha kuasa, Maha mengetahui, serta Maha Penyayang di alam semesta.[6]

C.    Sumbangan Islam dalam ilmu fisika[7]
Damaskus adalah tempat islam pertama kali menaruh perhatian pada ilmu. Di tempat itu juga khalifah pertama kali berdiri. Selama lima puluh tahun, sejak 700 M para ahli telah menekuni astronomi. Tetapi akibat perang yang berkecamuk di sana ilmu tidak berkembang. Pada masa khalifah Abbasiyah pusat islam pindah ke Baghdad. Tempat itu kemudian menjadi pusat perkembangan ilmu alam. Kawasan ini dekat dengan Asia dan Baghdad mau menerima ilmu dari luar.
Di Baghdad terdapat observatorium astronomi yang menggunakan kaidah yang diambil dari Mesopotamia. Ternyata hasil pengamatan yang dilakukan di Baghdad mau menerima ilmu dari luar. Di Baghdad terdapat observatorium astronomi yang menggunakan kaidah yan di ambil dari Mesopotamia. Ternyata hasil pengamatan yang dilakukan di Baghdad lebih teliti daripada pengamatan ptolemeus ( Mahasarjana astronomi terkemuka di masa itu )
Pusat perkembangan ilmu di dunia islam seolah-olah semakin bergeser ke barat. Setelah kekhalifahan di Baghdad jatuh akibat serbuan dari turki, sebagian besar ilmuan di sana pergi ke kairo ( sekitar 1000 M ).
Pada akhirnya pusat ilmu berada di Spanyol, terutama di Kordova dan Toledo. Selain mengumpulkan banyak buku, di tempat itu mereka menekuni astronomi, bahkan berani menentang tafsiran ptolemeus tentang tata surya. Tetapi saat mencapai puncak keahlian, kebudayaan mareka hancur lagi oleh peperangan.
Kecamuk peperangan yang datang silih berganti mengakibatkan rusaknya ketentraman belajar para ahli di mana pun. Tapi, disisi lain peperangan mengakibatkan terjadinya perubahan pengetahuan yang tidak terduga.
D.    Ilmuan yang berjasa dalam fisika[8]
1.      Al-Khawarizmi (846 M )
Ia lahir di Bukhara dan hidup pada awal pertengahan abad ke-9 M. dia merupakan cendekiawan islam yang berpengetahuan luas. Dia tidak hanya ahli dalam ilmu matematika saja, tetapi juga di bidang astronomi yang merupakan ilmu yang mengkaji tentang bintang-bintang termasuk kedudukan, pergerakan, dan penafsiran yang berkaitan dengan bintang. Untuk menghitung kedudukan bintang terhdap bumi, membutuhkan perhitungan geometri.
2.       Thabit Ibnu Qurra (901 M )
      Thabit lahir di Harran, Mesopotamia yang sekarang merupakan wilayah Turki. Thabit belajar di Bait Al-Hikmah yang berada di kota Baghdad. Di pusat keunggulan sains islam pada era dinasti Abbasyiyah itu, Thabit mempelajari berbagai bidang keilmuan termasuk geometri, astronomu, astrologi, mekanik, pengobatan dan filsafat. Sumbangan Thabit terhadap geometri yaitu pengembangan geometri terhadap teori phitagoras. Thabit juga mempelajari geometri untuk mendukung penemuannya terhadapkurva yang dibutuhkan untuk membentuk bayangan metahari, beliau juga menemukan teori tentang getaran / trepidasi.
3.      Al- Batani (929 M)
Ilmu falak menjadi ilmu yang paling diminati pada zaman kebangkitan islam. Ilmu ini berbicara tentang pergerakan bintang dan kaitannya dengan bumi. Al- Battani ahli astronom terbesar islam, mengetahui jarak bimu dengan matahari, alat ukur gaya gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur bumi pada globe dengan katelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa bumi berputar pada porosnya, mengukur keliling bumi. ( jauh sebelum Galileo ), table astronomi, orbit planet-planet. Sumbangan Al – Battani yang dapat dilihat dalam ilmu geometri, fisika, dan kaji bintang. Ia mengoreksi dan memperbaiki system astronomi Ptolomeus mengenai orbit bulan, orbit matahari dan planet tertentu. Ia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan, mendisaincatalog bintang, merancang jam matahari dan alat ukur murai quadrant. Karyanya De scientiastellaarum dipakai sebagai rujukan oleh Kepler, Copernicus, Regiomantanus, dan Peubach. Copernicus mengungkapkan hutang budinya terhadap al- Battani. Al- Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru dan perkiraan panjang tahun.
Al- Battani menghitung sangat akurat mengenai lamanya setahun matahri 365 hari, 5 jam, 46 manit, 24 detik. Ia juga berhasil mengubah system perhitungansebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian ( jam ) menjadi 12 bagian ( 12 jam ), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam salah satu karyanya yang paling popular adalah Al- Zij Al – Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi barat selama beberap abad, selepas Al – Battani meninggal dunia.
4.      Al – Kindi (801- 873 M )
Ilmuan muslim pertaama yang mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optic adalah Al-Kindi. Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Secara lugas, Al- Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
5.      Ibnu Al- Haitham (1021 M )
Fisikawan ternama ini bernama lengkap Abu Ali Al- Hasan Ibn Al- Hasan ( atau Al- Husain ) Ibn Al- Haitham. Ia lahir tahun 965 di Basrah ( Irak ). Al- Haitham pun sempat mengenyam pendidikan di Uniersitas al – Azhar. Setelah itu, secara otodidak, ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu seerti ilmu falak, matematuka, geometri, pengobatan, fisika, dan filsafat. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya melalui serangkaian percobaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Namun namanya mulai masyhaur di Mesir, saat pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah Al- Hakim (996-1020 ). Fisikawan Muslim terbesar dan salah satu pakar optik terbesar sepanjang masa, itu wafat di Kairo sekitar tahun 1039. Selain fisikawan, Al- Haitham juga dikenal sebagai astronom dan matematikawan.
Sepanjang hidupnya, Al- Haitham telah menulis sekitar 70 kitab. Salah satu kitabnya, Al Manazir, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan tajuk Opticae Thesaurus. Dalam kitabnya Al _ Haitham mengatakan, proses melihat adalah jatuhnya cahaya ke mata. Bukan karena sorot mata sebagaimamna diyakini orang sejak Aristoteles. Dalam kitab itu ia juga menjelaskan berbagai cara untuk membuat teropong dan kamera sederhan ( kamera obscura ) atan “pinhole camera “. Kata “kamera “ sendiri, konon berasal dari kata “qamara”, yang bermakna “yang diterangi”. Kamera Al- Haitham memang berbentuk bilik gelam yang diterangi berkas cahaya dari lubang disalah satu sisinya.
Bukunya tentang teori optic, Al- Manazir banyak dikutip ilmuan Eropa. Selam abad ke–16 sampai 17, Isaac Newton danGalileo Galilei, menggabungkan teori Al –Haitham dengan temuan mereka. Juga teori konvergensi cahaya tentang cahaya putih terdiri dari beragam warna cahay yang ditemukan oleh Newton, juga telah diungkapkan oleh al- Haitham abad ke- 11 dan muridnya Kamal ad-Din abad ke- 14. Dalam teori pembiasan yang dikemukakan dalam kitabnya, diadopsi oleh Snell dalam bentuk yang lebih matematis
6.      Al- Khazini (1121 M )
Ia merupakan saintis muslim serba bisa yang menguasai astronomi, fisika, bioligi, kimia, matematika dan filsafat. Sederet buah fikir yang dice-tuskannya tetap ada disepanjang zaman. Tamuan ilmuan kelahiran Bizantium ini antaralain: metode ilmiah eksperimental dalam melanik; dalam daya, masa dan berat; jarak gravitasi; serta energy potensial gravitasi. Sumbangan penting Al- Khazini dalam fisika terangkum dalam kitab Mizan al- Hikmah yang ditulisnya pada tahun 1121. Dalam buku ini ia menjelaskan tentang teori keseimbangan hidrostatistika. Teori ini telah mendorong penciptaan peralatan ilmiah. Tak mengherankan jika Robert E. Hall dalam tulisan bertajuk “ Al- Khazini “ yang dimuat dalam A Dictionary of scientific Biography Volume VII (1973 ) menyebutkan, “ AL- Khazini adalah salah seorang saintis terbesar sepanjang masa.” Sedangkan editor Dictionary of Scientific Biography, Charles D . Jilispe, menjuluki Al- Khazini sebagai “ Fisikawan terbesar sepanjang sejarah.”
Dalam bukuny, Al- Khazini menerangkan prinsip keseimbangan hidrostatistika dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran microgram. Tingkat ketelitian seperti ini, menurut K. Ajram dalam The Miracle of Islamic Scienc, baru dapar tercapai pada abad ke- 20.
Al- Khazini juga menjelaskan define “berat”. Menurutnya, berat merupakan gaya yang inheren dalam benda-benda padat yangmenyebabkan merekan bergerak dalam satu garis lurus terhadap pusat bumi ( gravitasi ) dan terhdap pusat benda itu sendiri. Besarn gaya ini tergantung dari kerapatan benda.
Ia juga menerankan pengaruh suhu ( temperatur ) terhadap kerapan benda. Hal ini ia lakukan sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi.
7.      Muhammad Targai Ulugh-Begh (1393-1449 )
Seorang pangeran Tartar yang merupakan cucu dari Timur Lenk, diberi kekuasaan sebagai raja muda di Turkestan, berhasil mendirikan observatorium yang tidak ada tandingannya dari segi kecanggihan dan ukurannya. Observatorium ini adlah yang terbaik dan paling akurat pada masanya, sehingga menjadi kota Samarkan sebagi pusat astronomi terkemuka.
Ketika itu sudah terbit katalog dan table-tabel bintang berjudul Zijd-I Djadid Sultani yang memuat 992 posisi dan orbit bintang. Table ini masih dianggap akurat sampai sekarang, terutama table gerakan tahunn dari 5 bintang terang ayitu Zuhal ( Saturnus ), Mustery ( Jupiter ), Mirikh (Mars ), Juhal (Venus), dan Attorid (Merkurius).
Kitab ini sudah mengkoreksi pendapat magnetudebintang-bintang. Banyak kesalahn perhitungan Ptolomeus. Hasil koreksi perhitungan terhadap waktu bahwa satu tahun adalah 365 hari, 5 jam, 49 menit dan 15 dedik, satu nilai yang cukup akurat.

8.      Ibn Bajjah ( 1138 M )
Ibn Bajjah lahir di Saragossa pada tahun 1982M. hidup dan bergiat sebagai penyair bagi golongan al- Murabbitin pimpinan Abu Bakr Ibn Tawalfit. Dilantik menjadi mentri. Raja Argou menyerang dan beliau meninggalkannya pada tahun 1117M. singgah di Valencia dan kemudian menetap di Seville dan mengamalkan ilmu kedokteran dan ilmu logik.
Meninggal dunia setelah diracuni akibat hasad dengki orang-orang Morocco.
Sebagai mana Al- Hatham, karya ilmu Al- Bajjah dalam bidang fisika banyak mempengaruhi fisikawan Barat abad pertengahn seperti Galileo Galilei. Ibn Bajjah menjelaskan tentang hokum gerakan. Menurutnya, kecepatan sama dengan gaya gerak dikurangi resistensi materi. Pirnsip-prinsip yang dikemukakannya ini menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanik modern. Karena itu tidak mengherankan jika hokum kecepatan yang dikemukakan Galilei sangat mirip dengan yang dipaparkan Ibnu Bajjah. Karya-karya Ibnu Bajjah mengenai anlisis gerakan juga sangat mempengaruhi pemikiran Thomas Aquinas.
9.      Ibn Tufail (1185 M)
Dilahirkan di lembah Asya, dekat Granad pada 1106M. Ibn Tufail menjadi pemerintah negari Morocco yang disegani. Pandai bergaul dan menekuni diri dalam pendidikan, pengobatan, pengadilana dan politik. Salah satu bukunya adalah Hay Ibn Yaqzan yang menerangkan satu falsafah dalam diri manusia. Buku ini menunjukkan bagaiamana beliau menganalisis hubungan antara manusia, akal dan Tuhan.
Dalam bidang fisika, beliau menjelaskan tiga cara pemanasan yaitu melalui pergerakan, geseran dan pencahayaan. Dalam metafisika, beliau menerangkan bahwa ala mini baru dan berpenghujan.
10.  Kamaludin al- Farisi
KamalAl-Din Abu’l Hasan Muhammad Al- FArisi lahir di Tabriz, Persia (sekarang Iran ) pada tahun 1267 dan wafat pada 1319 M. al- Farisi terkenal dengan kontribusinya tentang optic. Dalam bidang optic, ia berhasil merevisi teori pembiasan cahaya yang dicetuskan para ahli fisika sebelumnya. Al- Farisi membedah dan merevisi teori pembiasan cahaya yang telah ditulis oleh Al-Haitham. Hasil revisi itu ia tulis dalam kitab Tanqih al-Manazir ( Revisi Tentang Optik ).
Menurut Al- Farisi, tidak semua teori optik yang dikemukakan Al- Haitham benar. Karena itulah ia berusaha memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan teori Al- HAitham. Tak cuma itu, teori Al- Haitham soal pelangi juga ia perbaiki. Bahkan Al- Farisi mampu menggabungkan teori Al- haitham ini dengan teori pelangi dari Ibnu Sian Dia mampu menjelaskan fenomena pelangi. Melaluim penelitian yang dilakukannya, ia berhasil mengungkapkan bagaimana cahaya matahari direfraksi melalui hujan serta terbentuknya pelangi primer dan sekunder. Al- farisi mempu menjelaskan fenomena ala mini dengan menggunakan matematika.
11.  Nasirudin
Nasiruddin membangun obsercatorium yang mampu menghasilkan tabel pergerakan planet secara akurat. Model sistem planetarium yang dibuatnya diyakini paling maju pada zamannya. Dia juga berhasil menemukan sebuah teknik geomatrik yang dikenal di barat dengan a Tusi – couple. Sejarah juga mencatat, Nasiruddin sebagai astronom pertama yang mengungkapkan bukit observasi empiris tentang rotasi Bumi.
Nasiruddin juga berhasil memodifikasi model senesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip – prinsip mekanika untuk menjaga keseragamn rotasi benda-benda langit.
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Sejauh ini, telah banyak uraian tentang keterkaitan ilmu sains dengan agama. Ini menunjukkan bahwa sains seberapapun hebatnya tetap mesti mendapatkan konfirmasi dari agama. Salah satunya elaborasi integrasi Islam dengan Fisika seperti dalam penjelasan gerakan matahari, bulan, serta bumi yang  terus berlangsung tanpa sedikitpun bersinggungan dengan kehidupan kita. Rotasi bumi mengitari matahari, apabila bumi tidak melakukan rotasi, maka tidak ada pergantian siang dan malam. Sumbangan keilmuan dari para ilmuwan muslim pun turut menghiasi peradaban masa ini. Dengan begitu ilmu yang dihasilkan pun berbasis agama bukan proyek ideologis, tetapi proyek ilmuan yang bernilai agama.
Jejak – jejak keilmuan ini pun masih dapat kita rasakan hingga saat ini. Kota kota yang dulu sebagai tempat pusat berkembangnya ilmu pengetahuan pun masih dapat dirasakan seperti Damaskus sebagai kota pertamakali yang menaruh perhatian pada ilmu. Baghdad dengan observatorium astronomi pertama yang mengunakan kaidah dari Mesopotamia. Dan pada akhirnya pusat ilmu berada di Spanyol di kota Kordova dan Toledo. Para ilmuan muslimpun tak luput dari peradaban ilmu ini seperti Al-Khawarizmi, Thabib Ibnu Qurra, Al-Batani, Al-Kindi, Ibnu Al-Haitsam, Al-Khazini dan Ilmuan – ilmuan lainnya.  



DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Kareem
Abidin Zaenal, Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia, E-Journal UINISI,Vol.5,No.2, (2017) hal.14-15
Ensiklopedia Peradaban Islam Bahgdad, Tazkia Publishing, cet-1 h.29, Februari 2012.
Fuad Ahmad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam pada Dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2015)
Haryono Agus Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an, (Jakarta:Mizan Media Utama,2008)
Purwanto Agus, Nalar ayat-Ayat Semesta (Jakarta: Mizan, Agustus 2002), cet-1
Sudarmanto Agus, Asal Usul Perkembangan Fisika Yang Tercatat Dalam Sejarah, Uin Walisongo,2016/03.hal.2-3
Taslaman Caner, Miracle of The Quran: Keajaiban al-Quran Mengungkap Penemuan Penemuan Ilmiah Modern (Bandung: Mizan, 2010), h. 74.











[1] Babilonia terkenal dalam ilmu perbintangan (astronomi) dan astrologi, penduduk Babilonia percaya bahwa masa depan dapat diketahui dengan mempelajari dan mengetahui bintang-bintang. Selain untuk meramal nasib, ilmu astronomi juga mereka gunakan untuk meramal gerhana, mereka membagi minggu kedalam tujuh hari, satu hari ke dalam 12 jam ganda (1/2 hari siang/terang dan ½ hari malam/gelap). Mereka menghitung waktu dengan menggunakan jam air dan jam matahari. Sedangkan Mesir menonjol ilmu ukur (geometri) dan ilmu hitung (aritmatika). Orang-orang Babilonia dan Mesir tidak berhasrat mengembangkan lebih lanjut ilmu-ilmu tersebut. Mereka hanya memanfaatkan untuk keperluan praktis. Astronomi dimanfaatkan utuk meramal atau penujuman (astrologi), sedangkan ilmu ukur untuk pemetaan lahan pertanian disekitar sungai Nil, pembangunan piramida dan perdagangan. Lihat, Agus Purwanto, Nalar ayat-Ayat Semesta (Jakarta: Mizan, Agustus 2002), cet-1., h.18. lihat juga Ensiklopedia Peradaban Islam Bahgdad, Tazkia Publishing, cet-1 h.29, Februari 2012.
[2] Pythagoras menemukan interval-interval utama tangga nada yang dapat diekspresikan dengan perbandingan bilangan-bilangan. Ketika senar ditekan pada sisi panjang 3/5, yang berarti sisi panjang lainnya 2/5, akan didapatkan dua nada yang disebut seperlima sempurna, nada yang dianggap mempunyai relasi musical paling kuat dan berpengaruh. Perbedaan perbandingan akan menyebabkan perbedaan nada yang bisa menyejukan atau menggelisahkan. Penemuan ini membawanya pada simpulan bahwa suatu gejala fisis dikuasai oleh hukum matematis. Juga katanya, segala-galanya adalah bilangan. Pentingnya angka-angka murni merupakan inti pandangan Pytagoras tentang dunia. Titik terkait dengan angka 1, garis dengan angka 2, permukaan dengan angka 3, dan padatan dengan angka 4. Jumlah mereka, 10, adalah angka yang sacral dan mahakuasa (omnipotent). Ibid. h. 23.
[3] Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam pada Dunia, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2015)
[4] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an, (Jakarta:Mizan Media Utama,2008)
[5] Zaenal Abidin, Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia, E-Journal UINISI,Vol.5,No.2, (2017) hal.14-15
[6] Caner Taslaman, Miracle of The Quran: Keajaiban al-Quran Mengungkap Penemuan Penemuan Ilmiah Modern (Bandung: Mizan, 2010), h. 74. 
[7] Agus Sudarmanto, Asal Usul Perkembangan Fisika Yang Tercatat Dalam Sejarah, Uin Walisongo,2016/03.hal.2-3
[8] Ibid.3-8

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sending children to the boarding school

Stay Active

Belajar dari jepang membentuk komunitas pendidik